Laman

Rabu, 29 Juni 2011

Discourse Analysis

Jawaban untuk soal discourse analysis.
Deiksis adalah penghubung antara wacana dan situasi dimana wacana digunakan. Konteks selalu mempengaruhi penggunaan deiksis. Jelaskan perbedaan interpretasi terhadap deiksis persona (person deixis) dalam berkomunikasi dalam konteks yang berbeda.


Jawab: Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng (topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan bahasa.


Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya, misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu, kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.


Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan. Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.


Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.


Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan kedua, kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora.


Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. Menurut ahli bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis ruang dan tempat serta waktu.


Jadi, Deikis persona (Person Deixis) adalah acuan si pembicara tentang siapa pembicara yang dituju. Dalam kasus ini person deixis juga mengandung elemen Jenis kelamin sipembicara. Konteks selalu berpengaruh dalam menentukan bentuk komunikasi. Perbedaan deixis persona akan menimbulkan perbedaan interpretasi. Sebagai contoh deixis persona “kau”  kalau kata ini diucapkan seorang perempuan maka akan menghasilkan interpretasi kata tunjuk perempuan kedua. Tapi apabila kata “kau” diucapkan oleh seorang pria. Akan menghasilkan interpretasi yang jauh sekali berbeda. Demikianlah deixis persona yang dalam kontek berbeda kata acuan tersebut mengalami penyelewengan makna dan interpretasi. Contoh lain:.


Konteks 1: seorang pemuka masyarakat di suatu desa korban gempa sedang menyatakan terima kasihnya atas bantuan yang diberikan oleh sebuah klub otomotif.


“Kami mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga atas perhatian yang Bapak-bapak berikan kepada kami”


Orang pertama jamak kami pada kalimat di atas mengacu pada suatu kelompok yang tidak meliputi anggota dari kelompok lain. Dalam hal ini kami mengacu kepada kelompok masyarakat yang diberikan bantuan, bukan kelompok pemberi bantuan (bersifat eksklusif).


Konteks 2: setelah acara penyerahan bantuan, salah seorang ulama di daerah itu diminta untuk memimpin doa. Dalam salah satu doanya, ulama tadi mengatakan:


“Ya Allah, berikanlah kesabaran dan rasa tawakal kepada kami atas semua cobaan yang Engkau berikan kepada kami.”


Kata ganti kami dalam kalimat di atas tidak lagi bersifat eksklusif, tapi bersifat inklusif, di mana kami mengacu kepada kedua kelompok yang hadir di tempa itu, baik masyrakat penerima maupun kelompok pemberi bantuan.


13.          Memungkinkan bagi kita untuk menyebutkan hal yang sama dengan pengungkapan yang berbeda yang biasa disebut style. Berilah dua contoh yang berbeda (dalam bentuk teks singkat) untuk mengungkapkan tujuan yang sama.


Jawab: Contoh aplikasi style dalam sebuah teks


a.    Saya tak bisa membayangkan bagaimana jadinya seandainya rutinitas saya tetap berjalan seperti biasa sewaktu gempa yang sangat dahsyat meluluh-lantakkan kota tempat tinggal kami beberapa hari yang lalu. Saya hari itu seharusnya pergi kuliah ke Padang, ibu dan ayah saya sama-sama pulang dari kebun jam empat sore dan keponakan saya yang masih SD (yang tinggal bersama kami di kampong) yang mengambil kunci di bawah pot bunga di halaman dan membuka sendiri pintu rumah kami. Setelah itu dia biasanya bermain game sendirian di rumah atau tidur sampai nenek dan kakeknya pulang. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Penyayang, karena pada hari naas itu saya libur kuliah dan asyik bermain di rumah sedangkan keponakan saya cepat pulang sekolah karena kebetulan gurunya akan mengadakan rapat mempersiapkan lomba SD se-kota Padang panjang. Sehingga ketika bencana itu datang, keponakan saya tidak terlalu ketakutan karena saya ada di sampingnya.


b.    Untunglah waktu itu saya tidak kuliah, sehingga ketika gempa yang berkekuatan 5.8 pada skala Richter mengguncang kota Padang Panjang dan beberapa daerah lainnya dalam radius lebih kurang 30 km pada hari Rabu tanggal 29 Agustus 2009, saya sedang di rumah bersama keponakan. Beberapa saat sebelum kejadian, keponakan saya sudah pulang sekolah. Saya heran juga kenapa dia cepat pulang. Ternyata di sekolahnya guru-guru sibuk mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka menyambut perlombaan kreatifitas siswa SD tingkat kota. Biasanya setiap hari Selasa saya berada di Padang mengikuti perkuliahan dan baru akan pulang pada malam harinya, sedangkan keponakan saya di rumah sendirian karena orang tuanya di Jakarta dan tinggal bersama saya dan orang tua saya yang kebetulan pada hari itu sangat sibuk di kebun sampai sore. Entah apa yang akan terjadi jika seandainya saya di Padang dan keponakan saya tak ada yang menemani ketika gempa itu terjadi. Tiada kata yang patut terucap selain Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin.


Manusia tercipta beda, suara, sidik jari, pola pikir dan juga style dalam berbahasa, maka jika umpama apabila seseorang memilih rangkaian kalimat yang berbeda untuk mengungkapkan inti atau tujuan yang sama maka inilah yang disebut style seseorang dalam berkomunikasi. Contoh:


            1. “tolong tulis nama yang jelas”


            2. “tolong ditulis namanya dengan jelas ya”


14.          Apa yang membedakan pendekatan sosiolinguistik (sociolingistic approach) dengan pendekatan psikolinguistik (psycholinguistic approach) pada analisis narasi (narration). Jelaskan secara rinci dengan memberi contoh.


Jawab: Yang membedakan pendekatan sosiolinguistik dengan pendekatan psikolinguistik pada analisis narasi adalah sebagai berikut:


Pada pendekatan sosiolinguistik, titik beratnya terletak pada rasa keingintahuan tentang bagaimana narasi disampaikan oleh seseorang kepada orang lain di tengah masyarakat. Selain itu tujuan lainnya adalah untuk mencari tahu apakah ada hubungan antara ciri-ciri sosial penutur cerita dengan struktur cerita yang mereka sampaikan. Dari hasil analisis ini diperoleh kesimpulan bahwa narasi secara umum memiliki struktur cerita yang terdiri dari lima komponen, yaitu orientasi, komplikasi, evaluasi, solusi dan kalimat penutup (coda). Contoh:


Orientasi: Pada zaman dahulu kala, tinggallah seorang gadis kecil yatim piatu yang bernama Putri Salju bersama paman dan bibinya.


Komplikasi: Suatu malam dia mendengar percakapan paman dan bibinya tentang rencana mereka meninggalkan Putri Salju di kastil karena mereka ingin ke Amerika dan punya cukup uang untuk membawa serta Putri Salju.    


Evaluasi: Putri Salju tidak ingin paman dan bibinya berbuat begitu, maka dia      menganggap minggat dari rumah adalah jalan yang terbaik.


Solusi: Pagi-pagi sekali dia lari dari rumah ketika paman dan bibinya sedang tidur. Dia lari ke hutan. Di sana dia melihat sebuah pondok. Lalu diketoknya pintu pondok itu, tapi tak ada yang menjawab. Jadi dia masuk dan langsung tertidur karena lelah. Ternyata pondok itu adalah milik para kurcaci yang baik hati.


Coda: Sejak itu Putri Salju hidup bahagia bersama para kurcaci.


Sedangkan pada pendekatan psikolinguistik, titik beratnya terletak pada rasa keingin-tahuan tentang bagaimana sebuah narasi bisa tersimpan dengan baik dalam ingatan (memory seseorang). Dari hasil analisis ini diperoleh kesimpulan bahwa ternyata:


1)    Setting dan result sebuah narasi lebih mudah diingat atau disimpan dalam pikiran seseorang dibandingkan dengan komponen narasi yang lain seperti episode dan pengembangan.


2)    Seseorang akan bisa menceritakan kembali sebuah narasi yang didengarnya bila:


a.   Enam komponen berikut diberi penekanan (stress), yaitu: setting, permulaan, reaksi, usaha, hasil dan ending.


b.   Narasi tersebut memiliki aspek inti cerita. Jadi bagian cerita Putri Salju di atas yang akan lebih mudah diingat adalah orientasi dan endingnya.


Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada pendekatan sosiolinguistik bertujuan untuk menemukan hubungan antara karakter sosial dari penceritaan tersebut dengan struktur cerita yang dibangun. Dengan struktur narasi terdiri atas :


            1. orientasi ( pengenalan karakter)


            2. komplikasi (adanya pertentangan atau masalah )


            3. evaluasi ( sebuah tension yang menciptakan jalan keluar)


            4. solusi ( meredakan ketegangan yang terjadi


            5. coda ( penutupan)


Sedangkan pada pendekatan psikolingistik, aturan yang ada sama dengan aturan struktur prasa yang digunakan dalam struktur generatif dalam menggambarkan struktur cerita yaitu:


            1. Story grammar rule


            2. Story—setting , episode


            3. episode—beginning, development, ending


                4. development—complex reaction, goal path


15.          Wacana argumentasi mempunyai beberapa karakteristik tertentu yang menggambarkan bahwa di dalam argumentasi tersebut terdapat persuasi agar suatu gagasan dapat diterima orang. Jelaskan secara rinci dengan memberi contoh.


Jawab : Dalam wacana argumentasi terdapat persuasi yang bertujuan untuk mempengaruhi pendengar atau pembaca menerima suatu gagasan. Hal ini terjadi karena isi utama dari sebuah wacana argumentasi terletak pada bagaimana sebuah argument disusun, bukan pada bentuk logisnya. Kemudian, dalam analisis wacana argumentasi, terdapat perbedaan pada tiga jenis data, yaitu urutan data pertama, kedua dan ketiga. Data urutan pertama merupakan pendirian penerima yang bertujuan untuk meyakinkan argumennya. Data urutan kedua yang merupakan klaim dari sumber data, yang bisa tidak meyakinkan orang lain bila sumbernya tidak kuat. Dan data urutan ketiga adalah kutipan pendapat-pendapat orang lain.


Contoh:


Sudah lazim di negara kita melihat orang merokok di mana-mana, baik itu di rumah maupun di tempat-tempat umum seperti restoran, supermarket, kantor dan lain sebagainya. Kelihatannya sebagian besar masyarakat kita sudah mengetahui bahwa merokok mempunyai berbagai efek negative. Di sini kita akan memperdebatkan bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan.


Pertama, merokok mempengaruhi sistem syaraf. Nikotin adalah stimulant yang kuat yang bisa mempengaruhi cara kerja sensor otak dan persepsi pusat sakit.


Kedua, menghisap rokok bisa menyebabkan kerusakan jaringan muskulo-skeletal sehingga persediaan darah di jaringan tubuh menjadi berkurang.


Dari keterangan di atas dapat disimpulkan merokok bisa menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi kesehatan. Oleh sebab itu, sangat dianjurkan kepada perokok untuk mempertimbangkan agar mereka berhenti merokok demi kesehatan mereka sendiri.




Kelompok B (Genre and Language Teaching)


1.   Jelaskan apa maksudnya:


a.   The students learn about language


The students learn about language adalah membangun pengetahuan mengenai bahasa target dan bagaimana melakukannya atau pengembangan dari penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari yang bersifat aktivitas sosial.


Dalam belajar bahasa, siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa tersebut dalam berbagai aspek apapun. Contohnya, dalam membangun pengetahuan tentang ilmu yang didapat seorang siswa harus bisa memanfaatkan bahasa yang dimilikinya, antara lain, dengan cara banyak membaca, berbagi sesame sejawat ataupun bertanya kepada gurudan orang yang lebih tahu mengenai bidang yang dipelajarinya. Misalkan, kalau seorang siswa mau memterjemahkan bidang kedokteran, maka siswa tersebut tidak bisa langsung secara spontan, melainkan dengan memperbanyak pengetahuan bidang kedokteran, menanyakan kepada pakarnya, ataupun memiliki sumber yang merujuk kepada hal yang akan diterjemahkan dan memiliki sumber kamus yang relevan. Dengan artian, harus bisa membedakan mana bidang ahli kita dan yang bukan, sehingga dapat mengembangkan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari dalam hal berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.


b.   The students learn through language


The students learn through language adalah siswa mampu belajar bahasa target, dan bisa memulai dalam menginterpretasi dan mengorganisir istilah-istilah yang berhubungan dengan bahasa. Dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam menginterpretasi dari sebuah wacana, baik dalam lisan maupun tulisan. Contohnya, dalam mempelajari bidang discourse analysis. Karena hal ini sudah lebih mendalam bahasannya disbanding the students learn about language.


2.   Jelaskan hubungan tiga aspek berikut


a.   Theories of language and learning


Theories of language and leaning adalah merupakan indikator pertama dari language teaching methodology. Dalam theories of language and learning ini membahas tentang aspek bahasa yang berhubungan dengan sintaksis, semantik dan pragmatik serta discourse text yang dikaitkan dengan berbagai  jenis teks atau genre.


Aspek pertama dari bahasa yaitu sintaksis. Secara etimologi, sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Jadi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat atau the study of the rules that govern the ways in which words combine to form phrases, clauses and sentences. Sintaksis memiliki unsur-unsur pembentuk yang disebut dengan istilah satuan sintaksis. Satuan tersebut adalah kata, frase, klausa, dan kalimat. Pembahasan kata dalam tataran sintaksis berbeda dengan pembahasan kata pada tataran morfologi. Kata merupakan satuan terkecil yang membentuk frase, klausa, dan kalimat. Frase biasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang berkonstruksi predikatif. Sedangkan kalimat adalah satuan sintaksis yang terdiri dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan dan disertai intonasi final.


Aspek yang kedua yaitu semantik. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema (katabenda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini adalah tanda linguistik (signe) seperti yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau makna dari komponen yang pertama itu. Jadi, setiap tanda linguistik terdiri dari unsur bunyi dan makna. Keduanya merupakan unsur dalam bahasa (intralingual) yang merujuk pada hal-hal di luar bahasa (ekstralingual). Jadi Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, yaitu makna kata dan makna kalimat  atau the study of word meaning and its proprieties or deals with the question of meaning,


Aspek yang ketiga adalah pragmatik. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan kalimat dengan konteks atau the study of how to do thing with words or the study of meaning language in context or deals with questions of use.


Kalau kita bandingkan antara semantik dengan pragmatik yaitu:semantik mempelajari makna, yaitu makna kata dan makna kalimat, sedangkan pragmatik mempelajari maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan. Kalau semantik bertanya “Apa makna X?” maka pragmatik bertanya “Apa yang Anda maksudkan dengan X?”Makna di dalam semantik ditentukan oleh koteks, sedangkan makna di dalam pragmatik ditentukan oleh konteks, yakni siapa yang berbicara, kepada siapa, di mana, bilamana, bagaimana, dan apa fungsi ujaran itu.


Kemudian kalau dihubungkan dengan teks wacana, maka akan terkait dengan jenis teks. Dimana variasi dari jenis teks tersebut akan sangat erat hubungannya dengan sintaksis dan semantik. Dengan adanya perbedaan dan jenis teks tersebut juga akan berpengaruh terhadap materi ajar, metode mengajar, aktifitas dalam kelas, penggunaan media, dan cara pengelolaan kelas oleh seorang guru terhadap proses belajar mengajar dalam kelas.




b.   Instructional design features, and


Setelah selesai seorang guru mengetahui dari theories of language and learning, maka langkah kedua dalam indikator language teaching methodology adalah bagaimana seorang guru mampu membuat instructional desiagn featuresnya. Maksudnya adalah apa dan bagaimana seorang guru dapat menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada muridnya yang berkenaan dengan genre based approach tersebut.


Seorang guru harus dapat memaparkan bahan ajarnya dari hal yang umum sampai kepada yang lebih spesifik dan bagian-bagian terpenting yang harus dilakukan guru dan oleh murid. Maka seorang harus dapat merancang kegiatan yang akan dilakukan dalam kelas.


Pertama, seorang guru harus mengetahui materi yang akan disampaikan dalam kelas. Delam artian menguasai hal-hal yang berkaitan dengan materi tersebut, jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Misalnya, dalam materi jenis teks procedure, guru tidak tahu langkah-langkah dalam membuat kue, sehingga kondisi kelas menjadi rebut. Dengan kesimpulan bahwa seorang guru harus mengetahui seluruh aspek yang berkaitan dengan procedure text.


Setelah mengetahui materinya, selanjutnya apa dan bagaimana seorang guru merancang metode yang cocok dan efisien dengan materi yang akan disampaikan. Selanjutnya, bagaimana guru memikirkan kondisi yang akan terjadi dalam kelas menjadi baik dan siswa-siswinya aktif serta kreatif.


Kemudian, guru merancang media dan pengelolaan yang baik dan benar sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Misalya, dalam media, seorang guru memanfaatkan gambar, infocus, laptop dan lainnya. Sehingga kelas menjadi aman dan terkendali selama proses belajar mengajar.


c.   Observed teaching practices


Indikator yang ketiga dari language teaching methodology adalah observed teaching practice. Pada tahap ini, seorang guru akan dapat mempresentasikan materi ajarnya dengan adanya pantauan dari berbagai instansi. Dalam artian, kinerja guru akan dinilai oleh kepala sekolah dan tim pengawas dari dinas pendidikan. Apakah kinerja seorang guru dapat mencapai target yang diinginkan oleh pemerintah. Dengan tujuan dapat meningkatkan motivasi guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, sehingga akan berperan dan berpengaruh untuk keseluruhan aspek dalam belajar bahasa.


Kesimpulannya, ketiga indikator diatas merupakan suatu rangkaian dalam language teaching methodology yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, sehingga tercapai tujuan dari pihak sekolah dan pemerintah.


3.   Jelaskan bagaimana perbedaan pandangan antara Natural Approach dan Genre Based Approach terhadap kesalahan berbahasa pembelajar


Jawab: Belajar bahasa adalah suatu proses dari kebiasaan. Kemampuan berbahasa Inggris terbentuk dari kebiasaan siswa menghasilkan kalimat-kalimat yang baik dan tidak membuat kesalahan yang berulang-ulang. Kesalahan dapat dihindari melalui latihan yang berulang-ulang dan adanya kesempatan untuk menghasilkan bahasa, baik secara tulisan maupun lisan.


Dalam Natural Approach orang belajar bahasa melalui lingkungan sekitarnya yaitu dalam hal pemerolehan bahasa secara alami. Ini dimulai dari kandungan, cabang bayi akan merespon apa yang didengar dan merekam segala apa yang didengarkankan. Contohnya, seorang ayah pada waktu membaca al-Qur’an dekat ibu masih mengandung, maka secara tidak langsug pada waktu sianak lahir didunia akan cepat merespon jika ayah ataupun orang lain membaca al-Qur’an dekat dengan anak tersebut. Selama masa pertumbuhan anak dari balita hingga pra-belajar, anak akan belajar bahasa secara tidak lansung terhadap lingkungan yang berada disekitarnya. Contoh yang lebih mendasar, anak akan mengucapkan kata yang simpel seperti kata ma.. maa atau pa.. paaa. Seiring berjalannya waktu anak akan cepat mengucapkan kata tersebut dengan sempurna dan akan membuat kalimat yang dapat dimengerti oleh semua orang..


Contoh lainnya adalah jika kita pergi keluar negeri, Amerika Serikat atau Australia, kita akan secara alami berbahasa tanpa belajar lebih dahulu. Seperti kita tinggal di Amerika Serikat lebih kurang 6 bulan. Pada bulan pertama, kita akan mendengarkan apa yang dikatakan orang yang berada disana, secara tidak langsung akan mengetahui kebudayaan dan kebiasaan yang dilakukan oleh penduduk Amerika Serikat. Maka, kita mau tidak mau akan berbahasa dan mengucapkan secara spontan dalam bersosialisasi dilingkungan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kita menggunakan Natural Approach dengan cara pemerolehan bahasa secara alami dalam lingkungan sekitarnya. Untuk itu dalam proses belajar mengajar siswa kalau bisa belajar mandiri dengan menggunakan berbagai strategi belajar, sehingga siswa termotivasi dalam berbahasa dan menerapkan dilingkungan dimanapun mereka berada.


Sedangkan dalam genre based approach, hal ini akan dipelajari melalui pembelajaran yang formal maupun non-formal dengan mengarahkan kepada jenis-jenis teks, sehingga siswa dapat berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Contohnya, materi bahasa Inggris tingkat SMA menekankan pemahaman siswa akan genre (jenis-jenis teks). Ada dua belas jenis teks yang harus dipelajari siswa SMA dari kelas X sampai kelas XII. Siswa diharapkan menguasai semua jenis teks tersebut dan dapat mengaplikasikannya di dalam kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut kita memerlukan strategi mengajar yang tepat. Salah satunya adalah Text-based instruction.


Text-based instruction juga dikenal sebagai genre-based approach merupakan suatu kompetensi dalam berkomunikasi yang menguasai berbagai jenis teks. Teks tersebut menggunakan tema, struktur bahasa dan konteks tertentu. Dalam satu hari seorang pembicara dapat menggunakan bahasa lisan dalam tema dan konteks yang berbeda, misalnya:


1.   Percakapan dengan orangtua.


2.   Percakapan dengan dokter mengenai kesehatan.


3.